Social Icons

facebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Minggu, 30 September 2012

Mengatasi PC & Laptop yang Lemot (Cara 1)

Kadang PC atau Laptop kita tiba-tiba menjadi lemot alias lambat. Padahal spesifikasinya udah di atas standart minimal. Pas mau ngenet loading-nya lama. Apalagi mbuka program lainnya, bikin kita latihan sabar nunggu lama.
Mengapa demikian?
Itu disebabkan Sistem Operasi (Windows, Linux or Mac OS) PC atau Laptop kita dipenuhi file-file sampah yang biasa disebut "junk-file". Kalo dalam jangka waktu yang lama tidak dibersihkan alias dihapus, file-file ini bakalan memenuhi ruangan kosong di Harddisk yang digunakan untuk pemrosesan data di Sistem Operasinya. Semakin sedikit ruang HardDisk yang digunakan untuk Sistem Operasi, semakin sedikit jumlah data yang diproses, sehingga menyebabkan sirkulasi datanya juga melambat. Untuk bisa mempercepa sirkulasi pemrosesan datanya, maka perlu untuk "bersih-bersih" HardDisk.
Dalam kesempatan ini saya akan memberikan tips membersihkan HardDisk dari file-file sampah tanpa menggunakan program tambahan. Cukup hanya mencari secara manual. Caranya adalah sebagai berikut.

Tahap 1 : My Computer > C:\Program Files > WINDOWS > Temp (hapus semua file yang bisa dihapus, biasanya ada file yg g bisa dihapus, biarkan saja karena masih dibutuhkan dalam pemrosesan data)

Tahap 2 : My Computer > C:\Program Files > WINDOWS > Preftech (hapus semua file yang bisa dihapus, biasanya ada file yg g bisa dihapus, biarkan saja karena masih dibutuhkan dalam pemrosesan data)

Tahap 3 : Lakukan pembersihan file sampah yang sulit ditemukan dengan langkah-langkah klik kanan drive C: > Properties > General > Centang kotak dialog "Compress drive to space disk save" > tekan "Disk Clean Up"

Tahap 4 : Lakukan Defragmentasi dengan langkah-langkah klik kanan drive C: > Properties > Tools > Klik "Defragment Now...." > Pilih C: > Klik "Defragment"

Setelah melakukan proses di atas, PC and Laptop akan kembali cepat seperti semula.

Selamat Mancoba....

:)

Jumat, 28 September 2012

KONSEP BIAYA

Akuntan mendefinisikan biaya sebagai “nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh manfaat”
Objek biaya didefinisikan sebagai suatu item atau aktivitas yang biayanya diakumulasi dan diukur. Berikut merupakan item-item dan aktivitas yang dapat menjadi objek biaya:
-    Produk
-    Batch dan unit-unit sejenis
-    Pesanan pelanggan
-    Kontrak
-    Lini produk
-    Proses
-    Departemen
-    Divisi
-    Proyek
-    Tujuan Strategis

Klasifikasi Biaya
Klasifikasi yang paling umum digunakan didasarkan pada hubungan antara biaya dengan berikut ini:
1.    Produk
2.    Volume produksi
3.    Departemen, proses, pusat biaya (cost center), atau subdivisi lain dari manufaktur
4.    Periode akuntansi
5.    Suatu keputusan, tindakan dan evaluasi

Biaya dalam hubungannya dengan produk
Biaya Manufaktur, biasanya didefinisikan sebagai jumlah dari tiga elemen biaya: bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan  overhead pabrik.
Bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung disebut biaya utama; tenaga kerja tak langsung dan overhead pabrik disebut biaya konversi
Beban Komersial
Beban pemasaran, beban yang terjadi ketika proses manufaktur berakhir dan produk ada dalam kondisi siap jual. Beban pemasaran termasuk beban promosi, penjualan, dan pengiriman
Beban administratif, beban yang terjadi dalam mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

Biaya dakam Hubungannya dengan Volume Produksi
Biaya Variabel, biaya yang selalu berubah secara proporsional sesuai dengan perbandingan volume aktivitas. Biaya variabel biasanya memasukkan biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Berikut merupakan biaya overhead yang diklasifikasikan sebagai biaya variabel:
-    perlengkpan
-    bahan bakar
-    peralatan kecil
-    kerusakan, sisa, dan beban reklamasi
-    biaya penerimaan
-    royalti
-    biaya komunikasi
-    upah lembur
-    penanganan bahan baku

Biaya Tetap, biaya yang bersifat konstan dan tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume aktivitas. Berikut merupakan biaya overhead pabrik yang biasa diklasifikasikan sebagai biaya tetap:
-    gaji eksekutif produksi
-    depresiasi
-    pajak properti
-    amortisasi paten
-    gaji supervisor
-    asuransi – properti dan kewajiban
-    Gaji satpam dan pegawai kebersihan
-    Pemeliharaan dan perbaikan gedung dan banunan
-    Sewa

Biaya Semivariabel, biaya yang selalu berubah tetapi perubahannya tidak proporsional dengan perubahan aktivitas. Biaya ini akan tetap jumlahnya dalam range tertentu. Berikut merupakan contoh dari biaya overhead senivariabel:
-    Inspeksi
-    Jasa departemen biaya
-    Jasa departemen penggajian
-    Jasa departemen personalia
-    Jasa kantor pabrik
-    Jasa bahan baku dan persediaan
-    Air dan limbah
-    Pemeliharaan dan perbaikan mesin pabrik
-    Asuransi kompensasi
-    Asuransi kecelakaan dan kesehatan
-    Pajak penghasilan
-    Beban hubungan industrial
-    Pemanasan, listrik dan generator

Biaya dalam hubungannya dengan Departemen Produksi atau Segmen Lain

Biaya Langsung Departemen, biaya yang dapat ditelusuri ke suatu departemen di mana biaya biaya tersebut berasal. Contoh: Gaji supervisor departemen
Biaya Tidak Langsung Departemen, biaya yang digunakan bersama oleh beberapa departemen yang memperoleh manfaat dari biaya tersebut. Contoh : sewa gedung dan biaya penyusutan gedung.


Biaya dalam Hubungannya dengan Periode Akuntansi

Pengeluaran Modal (Capital Expenditure), biaya-biaya yang dikeluarkan yang manfaatnya dinikmati oleh lebih dari satu periode akuntansi. Contoh : biaya perbaikan gedung yang relatif besar yang manfaatnya lebih dari satu tahun.
Pengeluaran Pendapatan (Revenue Expenditure), biaya-biaya yang dikeluarkan hanya bermanfaat dalam satu periode akuntansi.

Biaya dalam Hubungannya dengan Suatu Keputusan, Tindakan, atau Evaluasi

Biaya Diferensial, biaya yang relevan untuk suatu pilihan di antara banyak alternatif.
Biaya Tertanam (Sunk Cost), biaya yang telah terjadi dan tidak relevan terhadap pengambilan keputusan.

Sabtu, 15 September 2012

Download: Corel Draw X4 Portable


Mau nginstal software Corel Draw tapi ga' punya serial numbernya. Nyante aja gan, nih tak kasih versi portable-nya. Ga' pake acara ritual instalasi dan ngisi serial number segala. Tinggal klik programnya...dan jalan deh....
Dijamin puass pwoollll...
:D

Untuk download klik disini atau klik gambar/ logo di atas

POLA HUBUNGAN IDEAL ANTARA ANAK DENGAN AYAH-IBU UNTUK PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK Oleh Agustin Dwi Winarni

A. Pendahuluan
Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini, dapat diatasi dengan menelaah berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Salah satunya adalah melalui pendidikan. Beberapa pakar pendidikan di negeri ini mengemukakan satu alasan mendasar yang menjadi pe¬nyebab timmbulnya berbagai permasalahan ini. Alasan yang mendasar itu adalah kurangnya internalisasi nilai-nilai yang sudah diajarkan melalui jalur pendidikan ke dalam kepribadian kita.
Anak adalah muhara kehidupan yang diamanatlan Allah kepada orangtua. Kehadirannya senantiasa memberi arti untuk menggoreskan kanvas kehidupan mendatang. Sejatinya, anak adalah pemilik masa depan.
Setiap anak yang dilahirkan dianugerahi oleh Allah SWT. berupa sifat fitrah (suci), maka orangtua dan keluarga mempunyai peran sentral dan bertanggung jawab penuh dalam menentukan masa depan anak dalam tradisi masyarakat maupun secara normatif orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengasuh anaknya seoptimal mungkin sesuai dengan kernampuannya masing-masing. Hal itu sangat beralasan karena kualitas sumber daya manusia di muka bumi ini sangat ditentu¬kan oleh oleh faktor pendidikan dasar yang diberikan oleh orangtua¬nya. Tanggung jawab orangtua tidak hanya sebatas pemenuhan pada kebutuhan materi, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan ter¬masuk pembentukan karakter anak sejak masa pertumbuhannya.
Anak-anak yang diasuh secara baik dan dibekali dengan pendi¬dikan yang memadai termasuk pembentukan karakter yang baik di¬harapkan akan menjadi anak yang baik (shalih/shalihah). Dengan bekal pembentukan karakter yang baik sejak dini, seseorang dapat melakukan banyak hal yang jauh lebih baik. dan bermartabat dibanding dengan orang yang tidak dibekali karakter yang baik. Anak tidak hanya sebagai investasi di dunia, tetapi juga akhirat. Karenanya ketepatan pendidikan dalam mengasah dan membentuk anak, menjadi landasan utama ter-jelmanya masa depan nan gemilang.
Lantas, bagaimanakah membuat "jembatan emas" yang tidak hanya menghubungkan, namun juga menyatukan anak dan orangtua? Pola hubungan yang bagaimana antara anak dengan orangtua dalam mem¬bangun dan mengembangkan karakter pada anak, dan karakter yang bagaimana yang perlu ditanamkan pada anak?

B. PEMBAHASAN

1. Membangun Karakter Anak
Berbagai pengalaman yang dilalui oleh seorang anak dari semenjak perkembangan pertamanya. mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya. Berbagai pengalaman ini berperan penting dalam me¬wujudkan apa yang dinamakan dengan pembentukan, karakter diri se¬cara utuh, yang tidak akan dapat tercapai kecuali dengan memberikan, bekal karakter yang baik sejak dini kepada anak dan mengembangkan karakter dengan baik.
Untuk mencapai semua ini, orangtua (ayah-ibu) berperan sentral dalam keluarga, dan berperan penting dalam mendidik seorang anak peran seorang ibu adalah sebagai madrasah pertama bayi anak, se¬dangkan peran ayah adalah sebagai konsultan. Pola pendidikan seperti ini berpengaruh besar dan jelas dalam pembentukan kepribadian dengan karakter anak.
Lingkungan keluarga yang dipenuhi dengan rasa cinta dan rasa paling menolonng yang berlandaskan ikatan yang kuat antara keluarga, juga mempunyai andil yang besar dalam membentuk karakter anak, serta dapat memotivasi anak untuk membina dirinya dan meningkatkarn kemampuan dan potensinya.
Pendidikan yang benar adalah pendidikan, yang tidak hanya transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value. Dan pendidikan yang de¬mikian itu tidak hanya diberikan di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga lingkungan keluarga. Karena pendidikan yang baik adalah adanya keterpaduan antara pendidikan di sekolah dan di rumah (keluarga).
Membangun karakter berarti bicara mengenai tata nilai. Melihat kondisi dewasa saat ini, masalah uang, kedudukan, pangkat, kekua¬saan, materi selalu didewakan dan dipentingkan, sehingga timbul situasi yang menyedihkan, yaitu bahwa semua bisa dibeli. Artinya, kita bisa membeli apa saja termasuk pangkat, kedudukan, kekuasaan, dan lain-lain. Menurut Antonin Scalia (seorang hakim tinggi di Amerika Serikat) bahwa The only thing in the world not for sale is character. Karakter tidak dapat kita beli, padahal itu sangat penting dan diper-lukan di dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita. Dengan de¬mikian karakter harus kita buat sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan.
Ada suatu jargon dalam character building yang mengatakan bahwa: character bulding is a never ending process. Artinya bahwa sejak janin dalam kandungan ibunya sampai dengan kita meninggal, semestinya selalu melakukan pembangunan karakter. Namun dalam kebenaran¬nya saat ini, kita sering mengabaikan atau bahkan tidak rnenyadari bahwa karakter itu perlu dibangun. dibentuk, ditempa, dikembangkan, dan dimantapkan.
Dalam pembangunan karakter ada 4 kondor yang perlu dilakukan
1.    Menanamkan tata nilai
2.    Menanamkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh ( The does and The don't )
3.    Menanamkan kebiasaan (habits)
4.    Memberi tauladan yang baik.

Membentuk karakter merupakan proses seumur hidup. Oleh karena itu keempat koridor diatas harus berjalan secara terintegrasi. Dan anak¬ anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter juga. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang secara optimal. Untuk itu, tiga pihak yang mempunyai peran penting agar pembangunan karakter pada anak ditumbuh kembangkan yakitu:  keluarga, sekolah, dan komunitas (lingkungan).
Sebagai langkah awal dari membangun karakter dapat dilakukan dengan mempertimbangkan rumus 5 + 3 + 3 atau = 11 kebiasaan.
Lima sikap dasar itu adalah :
1.    Membangun sikap jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar dan salah itu salah
2.    Sikap terbuka yang merefleksikan kebersihan luar dalam
3.    Berani mengambil resiko dan bertanggungjawab yang ditujukan dengan membela kebenaran dan keadilan
4.    Konsisten dengan komitmen dengan selalu menepati janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan.
5.    Sikap bersedia berbagi (sharing) yang menampilkan mentalitas berkelimpahan (abundance mentality)
Apabila kita menjalani lima dasar sikap ini dalam kehidupan keseharian, maka ini merupakan awal dari pembangunan karakter dan jati diri kita.
Tiga syarat yang harus ada :
1.    Dengan niat yang bersih untuk mengawali setiap pekerjaan (nawaitu)
2.    Tidak mendahului kehendak Tuhan
3.    Bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita dapat
Untuk melakukan 5 sikap dasar dan syarat tersebut di atas, maka 3 cara agar menjadi satu kesatuan yang utuh harus dilakukan secara emplisit yaitu :
1.    Mencanangkan hasrat  untuk berubah melalui doa dan ibadah, di mana hakekat doa adalah tuntunan bagi diri sendiri untuk melalukan perubahan.
2.    Mewujudkan perubahan dengan 4 anugrah Illahi pada manusia (self awardness, consciousness, imagination, dan independent will, khususnya memanfaatkan anugrah independent will)
3.    Siap menjadi suri tauladan.
Sebagai proses yang tiada henti, pembangunan karakter dibagi menjadi menjadi 4 tahapan :
1.    Pada usia dini, kita sebut sebagai tahap pembentukan karakter
2.    Pada usia remaja, kita sebut sebagai tahap pegembangan
3.    Pada usia dewasa. Kita sebut sebagai tahap pemantapan
4.    Pada usia tua, kita sebut sebagai tahap pembijaksanaan

2. Karakter yang Bagaimana yang Perlu Ditanamkan pada Anak ?
Orang yang senang belajar, terampil menyelesaikan masalah, komunikator yang efektif, berani mengambil resiko, punya integritas, jujur, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan, penuh perhatian, toleransi, dan luwes yang bisa bersaing kelak. Itulah karakter yang bagus. Ada 9 pilar yang penting ditanamkan pada anak :
1.    Mencintai Allah beserta alam semesta beserta isinya
2.    Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3.    Kejujuran, hormat, santun
4.    Kasih sayang, kepedulian
5.    Kerja sama dan percaya diri
6.    Kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7.    Keadilan dan kepemimpinan
8.    Baik dan rendah hati
9.    Toleransi, cinta damai, dan persatuan
Lalu bagamana menanamkan karakter pada anak ? Berdasarkan hasil riset otak mutakhir, usia di bawah 7 tahun merupakan masa terpenting. Salah mendidik  akan mempengaruhi saat ia deu asa. Sehingga harus ditanamkan pada anak sedini mungkin. Sehingga dengan pembekalan karakter yang baik, diharapkan kelak anak dapat menjadi orang yang berguna untuk sesame, tangguh dan mempunyai jiwa yang kuat dalam menghadapi tantangan di masa depan yang akan datang.

3. Pola Hubungan orangtua dalam Pengembangan Karakter Anak
Peran orangtua dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak sejak dini sangat penting bagi kehidupannya kelak. Dan keteladanan mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi anak dari pada nasihat dan ucapan. Seorang anak membutuhkan teladan yang baik, dan dia meng¬ambil teladan dari orangtuanya. Karenanya dia mempunyai kecende¬rungan untuk meniru perilaku orang yang disukai, serta berusaha tampil seperti orang yang disukai. Dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak. sebaiknya menagunakan pendekatan agama karena se¬tiap agama berujung pada pembentukan karakter. Namun pada ke¬nyatanaya banyak orangtua yang belum melaksanakannya, padahal terdapat surat tafsir dari Firman Allah yang berbunyi sebagai berikut: 'Sepenting-pentingnya tugas tidak ada yang dapat mengalahkan tanggang jawab untuk membentuk dan mencetak karakter anak pada sedini mungkin.
Dari di atas, bahwa ketahanan pribadi bahwa ketahanan ke¬luarga mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Kuat dan lemahnya Ketahanan pribadi akan memberi hasil kuat atau lemahnya ketahanan keluarga dan sebaliknya. Untuk itu, sebagai orangtua harus bisa membuat strategi yang baik dan menentukan langkah untuk membuat pola hubungan dalam rangka mengembangkan karakter anak. Komitmen dan kerjasama antara ayah dan ibu sebagai orangtua harus dibuat dan disepakati bersama.
Langkah pertama orangtua sebagai pendidik utama bagi anak. sebaiknya jangan sampai terlambat dalam mengisi pengalaman pada anaknya, karena bila terlambat akan lebih dulu diisi oleh orang lain yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Bekerja atau tidak, orangtua harus berupaya menjadikan dirinya role model untuk membangun kepercayaan anak. Kedua, menciptakan dan mengupayak¬an komunikasi dengan anak secara menyenangkan, tidak hanya main perintah, mengkritik, menyalahkan dan membentak-bentak. Dalam berkomunikasi, hendaknya orangtua menjadi pendengar yang baik, tidak menyela pembicaraan, mengganti pertanyaan dengan pertanyaan, berempati terhadap terhadap anak dan masalahnya, tidak berkomentar sebelum diminta. Orangtua harus membangun kedekatan kebiasaan berdialog, agar anak terbiasa untuk merminta pertimbangan dan nasihat dari orangtua. Dan yang ketiga, jangan pernah membuat keputusan untuk anak, biarkan anak yang memilih. Dan yang terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah gunakan pujian untuk perilaku atau perubahan perilaku yang baik.
Ada beberapa fase kritis yang dilalui anak hingga dewasa dan kita sebagai orangtua harus bisa memahami sebagai sesuatu yang normal. Bila kita sudah memahami setiap fase pertumbuhan anaknya, maka saat itulah kita dapat membangun dan menumbuhkembangkan kararakter anak. Berikut 5 fase yang dilalui anak :
1.    Usia Balita. Ciri-cirinya: merasa selalu benar, memaksakan kehendak dan tidak mau berbagi. Peran orangtua: berikan kesempatan be¬berapa detik untuk berkuasa, berikan beberapa detik untuk me¬miliki secara penuh, perkenalkan apa arti boleh dan tidak boleh dengan menqgunakan ekspresi wajah konsisten dan jangan meneggunakan kekerasan suara dan fisik.
2.    Usia Taman Kanak-Kanak. Ciri-cirinya: konflik adaptatif, imitatif, berbagi dan mau mengalah. Kefiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok. Peran orangtua: memberi kesempatan untuk memperhatikan, mencoba dan bekerja sama. Perhatikan dan luruskan perilaku imitative yang cenderung negative, dan dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengalah.    .
3.    Usia Sekolah Dasar. Ciri-cirinya: anak ingin mendapat pengakuan diri. Karena itu, ciri-ciri utamanya punya pendapat berbeda, pe¬nampilan berbeda, gaya bicara berbeda dan hobinya pun berbeda. Peran orangtua: menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
4.    Usia Sekolah Menengah Pertama. Ciri-cirinya: anak memasuki per¬saingan. Oleh karena itu. anak mengalarni konflik antar personal, konflik antar kelompok dan konflik sosial. Peran orangtua: me¬ningkatkan kedekatan dengan anak dengan melalui dialog dan berbagai cara, jadilah pendengar yang baik dan bukan menjadi hakim, jangan pemah menyela pembicaraan dan cerianya, dan jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.

Dengan memahami setiap fase pertumbuharn anak, maka kita dapat juga membangun dan mengembangkan karakter anak dengan baik.

C. PENUTUP
Dan uraian di atas dapai ditarik kesimpulan bahwa anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada kita, dan merupakan investasi dunia dan akhirat bagi kita. Sebagai pengemban amanat, orangtua bertang¬gung jawab untuk membentuk kepribadian anak sejak masa pertum¬buhannya, sebagaimana dilukiskan oleh Rasulullah saw "Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orangtuanyalah yang me¬nentukan anak itu akan dijadikan orang Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR Bukhari)
Oleh karena itu, sebagai orangtua kira mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu mengasuh dan merawat serta memberikan pendi¬dikan yang terbaik kepada anak-anak kita serta mempersiapkannya untuk menghadapi masa depannya.
Dalam memberikan pandidikan kepada anak tidak hanva sebatas transfer of knowledge, tetapi yang tidak kalah penting adalat transfer of value. Pembentukan, penanaman, menumbuhkembangkan karakter anak termasuk di dalam transfer of va!ue. Karakter adalah kunci keberhasilan individu. Oleh karena itu, keberhasiian seorang anak tidak akan terlepas dari peran orangtuanya. Pola hubungan dan pemilihan metode pendidikan karakter yang baik dan tepat akan mengantarkan anak pada keberhasilan tersebut.
Jadilah orangtua vang menerapkan sikap demokratis pada anak, sehingga anak akan belajar saling menghargai. Dan terapkan pemba¬ngunan dan pembentukan karakter anak sedini mungkin.




DAFTAR PUSTKA

Utsman, Akram Misbah, 25 kiat Membentuk Anak Hebat,Cet 1. Jakarta: Gema Insani Press. 2005.

Sumber: http://203,130, 242.190//artikel/40180.shtml

Sumber: artikel H. Soemarno Soedarsono, Ketua Umum Yayasan Jati Diri Bangsa

Adriansyah, Vindy. 2008. Membangun Karakter Anak. Bulletin DWP PTRI Jenewa . Di Download dari http://dwpptrijenewa.isuisse.com. Tanggal 22-12-2008.




Jumat, 14 September 2012

IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN PERMASALAHAN ANAK USIA DINI

1.    Menggigit
Permasalahan
Kata orang, anak menggigit karena sedang mengalami pertumbuhan gigi sehingga giginya gatal. Tidak selamanya dernikian. Ada anak suka menggigit karena dia memang gernas rnelihat benda (tindakan ekspresif) atau orang yang dekat denganya atau ingin mendapat perhatian Anda. Umumnya anak berurnur l-3 tahun belum mengerti bila perilaku menggigit itu menyakitkan bagi lawannya. Bila tidak dicegah, lama-kelamaan sikap ini akan berlangsung terus hingga anak berumur 6 tahun dan bisa meniadi salah satu senjata untuk menaklukkan lawan mainnya.
Cara Mengatasi
•    Tentukan batas bila anak suka menggigit anak lain atau apa-apa saja yang bisa dia gigit.
•    Bila anah kecil rnenggigit Anda, jangan hiraukan dia. Anggap saja seolah-olah tidak pernah terjadi.
•    Bila anak mengucapkan kata untuk mengungkapkan kemarahan, tidak dengan menggigit, pujilah dia.
•    Berilah perintah singkat dan jelas. "Kamu tidak boleh menggigit." Untuk anak berumur 2-3 tahun, percobaan pertama menggigit mungkin bisa dihentikan dengan peringatan : “Jangan menggigit.”  Bagi anak yang lebih besar, Anda bisa memberi peringatan: “Kalau kamu menggigit, Ibu akan rnenyuruh temanmu itu pulang.”
•    Pujilah ia bila berhenti menggigit. Ibu senang kalian bisa bermain mobi-mobilan kembali. Kalian anak hebat.”
•    Jika anak masih menggigit, ingatkan time-out akan segera diterapkan.
-    Katakan dengan tegas dan lakukan kontak mata bahwa anda tidak peduli dengan amukannya. “Ayah tidak akan peduli dengan keributan yang kamu lakukan. Ayah mau beli buku saja di pojok sana.”
-    Kalau anak tidak berhenti menggigit, berikan time-out (satu menit untuk setiap tahun usianya), dan katakana: “Karena kamu menggigit, sekarang duduk di kursi ini tiga menit dan jangan pergi kemana-mana.”
-    Jika time-out sudah selesai, jangan menguliahinya. Lebih baik izinkan kembali si anak melakukan aktivitasnya.
-    Setiap kali ia menggigit, berikan time-out, misalnya : Kalu menggigit kakak atau adik, hukumannya tidak boleh bermain selama lima belas menit.
•    Jangan hiraukan bila balita menggigit Anda. Kata “aduh” yang anda keluarkan sangat disenangi anak sehingga cenderung mengulanginya. Amarah juga merupakan tanggapan terhadapnya. Oleh karena itu, jangan memberi reaksi.
•    Jangan sekali-sekali anda balas menggigit. Membalas menggigit akan mengajarkan kepada anak bahwa anda boleh menggigit bila sudah dewasa.

2.    Meludah
Permasalahan
Tindakan meludah bisa menjadi perilaku yang menjijikkan atau kotor. Banyak orang menganggapnya sebagai perilaku yang tidak dapat ditolerir. Namun, mungkin saja si anak sedang mengalami penyakit tertentu sehingga ia harus meludah lebih banyak daripada biasanya. Atau mungkin juga ia sering menyaksikan orang-orang yang berada di dekatnya meludah sembarangan sehingga ia mencontohnya. Oleh sebab itu, anda perlu memberi contoh yang baik danmembuat batasan terhadap perilaku ini.
Cara Mengatasi
•    Beri perintah yang tidak berbelit-belit. Misalnya: ”Jangan meludah.” Bagi anak berusia 2-3 tahun, keinginan meludah dapat dihentikan bila mengingat larangan keras ”Jangan meludah”
•    Pujilah dia saat berhenti meludah.
•    Andai anak masih meludah, Mama akan memberikan time-out.”
•    Jika anak tidak mau berhenti meludah, berikan time-out segera. ”Karena kamu meludah lagi, sekarang duduk di pojok sana sepuluh menit.” Setelah time-out berakhir, jangan menguliahi anak, tetapi sebaiknya berkata, ”Terima kasih, kamu sudah menjalankan time-out.” Setiap kedapatan meludah, perpanjang time-out selama satu menit.
•    Anda juga dapat memberikan konsekuensi sebagai pengganti time-out.
o    Jika ia meludah di luar, suruh anak masuk ke rumah dan beri larangan keluar dari rumah selama lima belas menit.
o    Kalau ia meludahi temannya, antarkan temannya itu pulang ke rumahnya.
o    Kalau meludahi kakak dan adiknya, suruh bermain sendiri di ruang tengah selama satu setengan jam.
o    Jika anak masih meludah lagi, suruh tidur lebih awal daripada biasannya.

3.    Bersikap Kasar
Permasalahan
Bila anak bersikap kasar (mengejek, mengata-ngatai, mengoceh, memerintah, melecehkan, mencemburui), sebaiknya anda tidak menghiraukan kata-kata tersebut dan hanya memberikan pujian pada sikapnya yang sopan.
Setelah itu, jangan lupa membaeri batasan atas kekasarannya yang jahat atau menyakiti anda maupun orang lain. Sikap kasar bisa terjadi karena kenyamanan anak terusik, faktor cemburu, atau ingin mencari perhatian dari orang-orang di sekitarnya, terutama orang terdekat.
Cara Mengatasi
•    Pujilah sikapnya yang baik dan tunjukkan perhatian bila anak mengucapkan kata ”terima kasih” dan ”maaf”
•    Jangan hiraukan permintaannya yang kasar atau memerintah. Terus berbicara dan abaikan kata-katanya bila ia menyela.
•    Tunjukkan sikap teladan dan sopan sejak masih kecil sehingga anak memiliki patokan untuk ditiru.
•    Beri perintah jelas untuk menetapkan batas :
o    ”Jangan keluarhkan tangan dari jendela mobil.”
o    ”Bila Yoshua bersikap kasar pada Adik, jangan segan-segan minta maaf.”
•    Peringatan tidak cukup hanya sekali. Jangan pernah kapok mengulanginya dengan cara yang lebih sopan dan lembut.
•    Cari tau bagaimana sikap anak saat bermain di rumah temannya, di sekolah, atau lingkungan tetangga. Mungkin anda senang karena sikapnya baik atau kecewa dengan perilaku buruknya. Ceritakan bahwa anda mendengar perilaku baiknya di luar rumah dan katakan anda bangga padanya.
•    Bila perilaku kasar bertambah parah, jangan hiraukan. Namun bila hal itu dilakukan terhadap temannya, tentukan batas yang Anda buat dengan memberikan konsekuensi.



DAFTAR PUSTAKA

Gichara, Jenny.(2000). Mengatasi Perilaku Buruk Anak. Jakarta : PT. Kawan Pustaka.
Rimm, S, Dr. (2003). Mendidik dan Menerapkan Disiplin pada Anak Prasekolah.. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Severe, Sal.Ph.D.(2002). Bagaimana Bersikap pada Anak-anak Agar Anak Bersikap Baik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

8 AGRESIVITAS PADA ANAK

1.    Menjambak
Rambut menjadi sasaran empuk sikap agresif anak, karena lazimnya mudah dilihat, dijangkau, dipegang, dan ditarik-tarik oleh anak. Apalagi jika rambut yang dimiliki “lawannya” panjang dan lebat.
Penanganan :
Orang tua hendaknya menanyakan kepada anak, mengapa ia tega menjambak rambut temannya. Bisa saja anak merasa kesal, misalnya karena pandangannya saat menonton teve terhalang oleh rambut si teman tersebut. Akhirnya, tak ada jalan lain, ia menjambak rambutnya.

2.    Memukul
Inilah cara yang paling sering dilakukan anak untuk menunjukkan agresivitasnya. Apalagi selama ini banyak film beraroma keras yang ditontonnya di televisi. Tak heran jika anak merasa kesal, ia mengungkapkannya lewat cara memukul.
Penanganannya :
Cegah perilaku tersebut. Saat anak mau memukul, orang tua harus segera menangkap tangannya, lalu katakan, “Memukul itu tindakan yang tidak baik, karena bisa menyakiti. Jangan kamu lakukan itu, ya?” Beri juga batasan apa saja yang boleh dan tak boleh dilakukan saat bermain bersama teman-temannya.
Jelaskan pula, kalau ia menginginkan mainan yang ada di tangan temannya, mintalah secara baik-baik. Bukannya mendorong atau memukul sang teman. Demikian pula jika permainan itu harus mengantre, maka orang tua menjelaskan kepada nak bahwa dirinya harus antre terlebih dulu.
Jika anak tetap juga memukul, maka orang tua harus segera membawa anak pulang ke rumah. Jangan tunggu sampai dia melakukannya 2 atau 3 kali, baru orang tua bereaksi. Anak harus tahu peraturan yang dikatakan orang tua berlaku konsisten.
Ajak anak untuk berdialog. Jelaskan, dia boleh bermain mobil-mobilan lagi, asal dia berjanji tidak mengulangi tindakan agresifnya. Cara ini jauh lebih efektif daripada orang tua berteriak-teriak atau bahkan memukul anak.

3.    Mencubit
Meskipun jarang, cubitan juga merupakan cara ampuh bagi anak untuk “berkomunikasi” dengan teman lainnya. Apakah ia menginginkan sesuatu, kesal atau melampiaskan reaksi emosinya.
Penanganan :
Sama denganmenangani perilaku memukul, yaitu denganmencegah danmemberi penjelasan bahwa perilaku tersebut sangatlah buruk. Ajari juga untuk mengungapkan keinginannya lewat kata-kata.

4.    Menggigit
Menggigit adalah salah satu bentuk refleks anak saat menghadapi ancaman yang dating kepadanya. Di usia ini, fase oral masih berpengaruh. Ia akan menemukan kenikmatan lewat gigitan mulutnya. Tak jarang pula, ada rasa penasaran tentang apa yang dihadapinya, “Seperti apa, sih, rasanya kulit? Mungkin manis.”
Penanganan :
Tanyakan pada anak, kenapa dia sampai menggigit, karena bukan tak mungkin penyebabnya adalah rasa lapar. Katakan kepadanya, “Kalau kamu ingin makan, bilang saja.”
Penting diperhatikan, jangan sekali-kali membalas gigitan anak dengan gigitan, karena orang tua secara tidak langsung mengajarkan cara balas dendam.
Pun, jangan sekali-kali menganjurkan anak untuk membalas apa yang telah dilakukan temannya. Kalau anak kita digigit, jangan memintanya untuk balas menggigit. Balas dendam tidak akan menyelesaikan masalah.

5.    Merusak Mainan
Ada juga anak yang bersikap agresif terhadap mainan. Jika dosodorkan satu kepadanya, maka ia akan segera mempreteli, merusak, bahkan membanting mainan tersebut. Gejalanya, semua mainan yang disodorkan tanpa ba-bi-bu magi akan langsung dirusaknya.
Penanganan :
Orang tua harus jeli melihat sikap seperti ini. Bukan tak mungkin hal itu dilakukan karena didorong rasa keingintahuan yang besar. Sikap ini jelas tidak berdampak negative, bahkan bisa mengasah kreativitas anak. Dengan cara begitu, anak jadi tahu komponen-komponen dalam mainan tersebut alias ia semakin tahu tentang mainannya. Penyebab lain, bisa saja anak sudah bosan dengan mainan-mainan tersebut.
Sebelumnya, orang tua harus memberi penjelasan saat menghadiahi anaknya mainan. Terangkan, mainan ini boleh dibongkar, tpai tidak boleh dirusak. Jika tidak, anak akan berpikir, semua mainan bisa diperlakukan seperti itu.

6.    Menyakiti Binatang
Bisa terjadi, tangan dan kaki si batita seperti tak pernah mau berhenti menjahili binatang. Kadang memukul, menendang, menceburkannya ke air, bahkan mengikatnya di atas pohon.
Agresivitas semacam ini, yang menyasar benda-benda hidup, seperti binatang memang sudah harus diwaspadai. Bisa saja di lain waktu, ia menerapkan agresivitasnya pada manusia, dan terus menjalar hingga ia dewasa kelak. Bukan mustahilkalau dibiarkan, anak akan menemukan kesenangan terhadap apa yang dilakukannya, missal senang melihat ayam yang dilemparnya berciap-ciap kesakitan. Ini, sudah tidak wajar.
Penanganan :
Jelaskan kepada anak, binatang juga memiliki indera perasa seperti halnya manusia. Saat dipukul, dia juga akan merasa sakit, atau binatang juga merasa tidak nyaman jika diikat.

7.    Menjerit
Menjerit merupakan salah satu ekspresi anak dalam mengungkapkan emosi. Tak jarang perilaku ini dibarengi perilaku agresif lainnya, seperti menangis, memukul dan menggigit. Biasanya, muncul saat ia menginginkan sesuatu yang tidak bisa diraih, atau saat dirinya merasa tidak diperhatikan. Misalnya, saat anak minta dibelikan jajanan, mulanya ia hanya menarik-narik baju orang tua, tapi karena tidak  direspon, ia akan menjerit seraya menggigit tangannya.
Penanganan :
Orang tua harus selalu merespon sikap anak. Jika ia menginginkan sesuatu, segera penuhi keinginannya. Jika orang tua memang menganggap permintaannya tidak perlu dipenuhi, berikan pejelasan kepadanya, seperti, “Wah, Ibu enggak bisa membelikanmu barang itu, karena terlalu mahal. Cari barang lain saja, ya?”

8.    Meludah
Walaupun jarang, sikap ini termasuk salah satu bentuk agresivitas yang dilakukan anak. Sikap demikian biasanya muncul pada saat ia melihat ancaman atau ketidaknyamanan terhadap dirinya. Sikap ini jelas negative, selain menjijikkan, juga dinilai sangat tidak sopan. Sikap ini biasanya diperoleh lewat peniruan dari lingkungan.
Penanganan :
Jika melihat kejadian tersebut, orang tua hendaknya memberikan penjelasan bahwa kebiasaan itu sangatlah buruk dan tidak pantas dilakukan. Jika tidak mempan juga, beri ia sanksi, misalnya dengan melarangnya bermain bersama mainan kesukaannya untuk sementara waktu.

PENYEBAB AGRESIFITAS

a.    Frustasi
"Usia 2 atau 3 tahun merupakan usia transisi awal, yang ditandai dengan keinginan besar pada diri anak untuk menjadi mandiri. Tapi di sisi lain, kemampuan bahasa anak belumlah optimal. Kemampuan verbal dan  perbendaharaan kosakatanya masih terbatas. la tidak bisa mengungkapkan sesuatu yang diinginkan atau yang tidak diinginkan dengan jelas alias bahasanya tidak mudah dimengerti orang dewasa."
Nah, kedua perkembangan ini bak jurang pemisah yang menyebabkan anak terpaksa mengeluarkan jurus-jurus maut agresifnya. Cara itu diyakini anak sebagai cara yang paling mudah dan efektif dalam mengungkapkan emosi atau keinginannya. Misal, Andri menggigit Dina karena ia menginginkan mainan yang sedang dipegang oleh temannya itu. Atau, ia tak suka makanan yang disodorkan ibunya. Namun karena ibunya tidak segera mengganti makanan tersebut, akhirnya si anak melemparkan makanan dan piringnya kepada si ibu.

b.    Meniru
Anak umur 3 tahun ke bawah sangat suka meniru. Semua tenonena di dalam lingkungar dipotretnya sebagai acuan rntuk bersikap dan bertingkah-laku. Misalnya, saat melihat orang tua marah lalu memukul kakaknya, maka si kecil pun mencoba meniru perlakuan tersebut. la beranggapan, saat marah berarti saya boleh memukul, dong.

c.    Eksistensi Tak Diakui
Sifat agresif juga bisa muncul karena tidak ada respon atas sikapnya. Saat anak menggigit orang tua karena kesal, orang tua justru tertawa-tawa melihat sikapnya. Cara ini jelas membuat anak bingung, apakah tindakan yang dilakukan itu positif atau justru berdampak negatif? "Akibatnya, pada kesempatan lain, anak juga akan menggigit temannya jika merasa kesal atau keinginannya tak terpenuhi."
Selain itu, agresivitas juga dilakukan jika cara-cara normal tidak ditangapi. Misal, "Ma Adek enggak suka  film itu." Tapi ibunya cuek saja. Anaknya mengulangi lagi hingga kedua dan ketiga, tapi tidak juga dijawab. Akhirnya, "Prang!" si anak melemparkan botol kepada sang ibu atau memukul.

d.    Ego Masih Besar
Anak usia ini masih memandang sesuatu dari sudut pandangnya sendiri (egosentris). Saat anak menginginkan sesuatu, semua harus terpenuhi. Demikian pula saat ada mainan di hadapannya, semua harus menjadi miliknya. Bila ada yang mengganggu atau melarang dan anak merasa tak senang, maka munculah jurus agresifnya, entah memukul, menjerit, atau dilampiaskan dengan sikap negatif lainnya. Kalau ditanya anak akan menjawab, "lni mainanku, kok, direbut, sih.”

e.    Tidak Tahu Akibat
Anak belum tahu bahwa sikap agresif tidaklah baik. la hanya tahu bahwa sesudah itu temannya pasti menangis, tapi hanya sebatas itu. Kalau penjelasan lewat kata-kata dirasa tidak mempan, berikan contoh konkret bahwa menggigit itu menyakitkan. lngat, memberi contoh tidak boleh sama dengan tindakan membalas yang harus dihindari. Gigitlah tangan anak dengan pelan, setelah itu beri penjelasan, "Tuh, digigit itu sakit, kan? Makanya jangan menggigit orang sembarangan."

f.    Belajar Bertahan
Anak di usia ini sudah mulai belajar mempertahankan diri. Hal itu dilakukan jika ia merasa mendapat gangguan atau ancaman dari Iuar. Caranya, dengan menunjukkan perilaku-perilaku agresif. Misal, saat melihat mainannya diusik, ia akan merebutnya kembali. Kalau perlu dengan memukul atau mendorong si teman tersebut.

g.    Asyik Melihat Sebab Akibat
Anak usia ini kadang menikmati apa yang telah dilakukannya. Saat ia melihat teman tersebut menangis akibat ulahnya, saat itulah timbul rasa senangnya. Karena asyik, maka ia akan terus melakukan perbuatan  tersebut. Terlebih bila orang tua membiarkan perilaku agresivitasnya. Padahal kebiasaan ini perlu diwaspadai karena keasyikan menyakiti orang lain akan berdampak negatif terhadap perkembangan mental anak. Bukan tidak mungkin, sifat ini akan terus terbawa hingga dewasa. Anak jadi senang menyakiti orang lain.

Sumber: Nakita No.213/V/Mei 2003

Teori Belajar Anak Usia Dini

a.    Menurut Montessori (1966)
Menyatakan bahwa lingkungan atau alam sekitar yang mengundang anak untuk menyenangi pembelajarannya. 
b.    Menurut Mayke (1995)
menyatakan bahwa belajar dengan bermain memberi keseempatan kepada anak untuk memanipulasi, mengulang-ulang, menemukan sendiri, bereksplorasi, mempraktekkan, dan mendapatkan bermacam-macam konsep derta pengertian yang tidak terhitung banyaknya.
c.    Teori Kognitif
Belajar adalah proses diperolehnya pemahaman. Belajar merupakan proses mental yang aktif untuk memperoleh, mengingat, dan menggunakan pengetahuan.
Teori Perkembangan Kognitif (Vygotsky dan Piaget)
Perkembangan terjadi menurut urutan secara teratur. Anak adalah pribadi aktif dalam proses perkembangannya. Pengetahuan anak secara bertahap dikonstruksi (dibentuk) saat berlangsungnya pengalaman sehingga berkembang pemahaman informasi yang dialami. Pengetahuan berubah sepanjang waktu dengan mengolah informasi baru melalui asimilasi dan akomodasi tersebut ke dalam struktur pengetahuan yang ada (skema). Perkembangan kognitif : tahap sensorikmotorik, praoperasional, operasi konkret, dan operasional formal.
Teori Perkembangan Kognitif Vygotsky
Budaya lingkungan anak membentuk perkembangan kognitif anak. Perkembangan kognitif anak bergantung pada orang-orang di sekiitar anak. Pengetahuan, gagasan, sikap, dan nilai anak berkembang melalui interaksi dengan orang lain. Bagasa memegang peran dalam perkembangan anak. Private speech (pembicaraan pribadi) merupakan percakapan yang ditujukan kepada dirinya sendiri untuk mengarahkan perilaku dalam pikirannya. Private speech mengarahkan perkembangan kognitif anak. Penyelesaian masalah anak berada pada zone of proximal development (ZPD).
Membandingkan Teori Belajar Kognitif (teori Piaget, L. Vygotsky dan teori Montessori, dan Mayke)
Sama-sama dengan bermain seorang anak secara intelektual beradaptasi dan mengadaptasi lingkungan untuk dapat membangun pengetahuan.
Posisi Bermain Pada Teori Belajar
Dalam Teori Piaget
Perkembangan kognitif Pra Operasional
Dalam belajar anak membutuhkan benda-benda bentuk nyata atau alat peraga.
Dalam teori L. Vygotsky
Pembicaraan pribadi merupakan percakapan yang ditujukan kepada dirinya sendiri untuk mengarahkan perilaku dan pikirannya.

CTL (Contextual Teaching dan Learning)

Sejalan dengan perkembangan zaman guru/pendidik berusaha untuk merumuskan praktek-praktek pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Salah satu contoh dengan model CTL (Contextual Teaching dan Learning) merupakan suatu proses pendidikan yang holistic dan tujuan memotivasi anak didik untuk memahami makna materi pelajaran yang dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan cultural) sehingga anak didik memiliki pengetahuan/keterampilan secara fleksibel dapat diterapkan (ditransfer) dari satu permasalahan ke permasalahan lainnya. Merupakan konsep belajar yang membantu guru mengakaitkan materi yang diajarkan dengan dunia nyata dan mendorong pelajar membuat hubungan antara materi yang diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan mereka di dalam keluarga dan masyarakat.

Perbedaan Pendekatan Kontekstual Dengan Pendekatan Tradisional

TRADISIONAL
  • Pemilihan informasi ditentukan oleh guru
  • Siswa secara pasif menerima informasi
  • Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
  • Memberikan tumpukan informasi kepada siswa sampai saatnya diperlukan
  • Cenderung terfokus pada satu bidang (disiplin) tertentu
  • Waktu belajar siswa sebagian besar dipergunakan untuk mengerjakan buku tugas, mendengar ceramah, dan mengisi latihan yang membosankan (melalui kerja individual)
  • Perilaku dibangun atas dasar kebisaaaan
  • Perilaku dikembangkan atas dasar latihan
  • Hadiah dari perilaku baik adalah pujian, atau nilai (angka) rapor
  • Siswa tidak melakukan sesuatu yang buruk karena takut akan hukuman
  • Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
  • Pembelajaran hanya terjadi di dalam kelas
  • Hasil belajar diukur melalui kegiatan akademik dalam bentuk tes/ujian/ulangan
CTL (Contextual Teaching dan Learning)
  • Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa
  • Siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran
  • Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata/masalah yang disimulasikan
  • Selalu mengaitkan informasi dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa
  • Cenderung mengintegrasikan beberapa bidang
  • Siswa menggunakan waktu belajarnya untuk menemukan, menggali, berdiskusi, berpikir kritis, atau mengerjakan proyek dan pemecahan masalah (melalui kerja kelompok)
  • Perilaku dibangun atas kesadaran diri
  • Keterampilan dikembangkan atas dasar pemahaman
  • Hadiah dari perilaku baik adalah kepuasan diri
  • Siswa tidak melakukan hal yang buruk karena sadar hal tersebut keliru dan merugikan
  • Perilaku baik berdasarkan motivasi intrinsic
  • Pembelajaran terjadi di berbagai tempat, konteks dan setting
  • Hasil belajar melalui penerapan penilaian autentik
PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DI KELAS
CTL dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan CTL dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut ini :
a.    Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan berunya.
b.    Laksanakan sejauh mungkin  kegiatan inkuiri untuk semua topic
c.    Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
d.    Ciptakan masyarakat belajar
e.    Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
f.    Lakukan refleksi di akhir pertemuan
g.    Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.

KARAKTER BUILDING ANAK USIA DINI

1.    Pengertian
Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik (Battistich, 2006).
Karakter menurut Alwisol (2006) diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baiksecara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengerian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu.
Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti ”to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Wynne, 1991). Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Hal ini berarti, guna mendukung perkembangan karakter peserta didik, seluruh komponen di sekolah harus dilibatkan, yakni meliputi isi kurikulum (the content of the curiculum), proses pembelajaran (the process of instruction), kualitas hubungan (the quality of relationship), Penanganan mata pelajaran (the handling of discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah.

2.    Tujuan
-    Memahami hakikat karakter yang baik
-    Menerapkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari

3.    Prinsip-Prinsip Karakter
Menurut T. Lickona, E. Schaps dan C. Lewis (2003), pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut.
1.    Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2.    Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3.    Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
4.    Menciptakan komunitas sekolah yang memiiiki kepedulian.
5.    Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
6.    Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
7.    Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa.
8.    Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
9.    Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10.    Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
11.    Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.

4.    Karakter Dasar
Kilpatrick dan Lickona merupakan pencetus utama pendidikan karakter. Keduanya percaya adanya keberadaan moral absolute yang perlu diajarkan kepada generasi muda agar paham betul mana yang baik dan benar. Lickona (1992) dan Klipatrick (1992) juga Brooks dan Goble tidak sependapat dengan cara pendidikan moral reasoning dan values clarification yang diajarkan dalam pendidikan di Amerika, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang bersifat absolut (bukan bersifat relatif) yang bersumber dari agama-agama di dunia yang disebutnya sebagai “the golden rule”. Contohnya adalah berbuat jujur, menolong orang, hormat, dan bertanggung jawab (Martianto, 2002).
Pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dari identifikasi karakter yang digunakan sebagai pijakan. Karakter tersebut disebut sebagai karakter dasar. Tanpa karakter dasar, pendidikan karakter tidak akan memiliki tujuan yang pasti.
Pendidikan karakter di indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar. Kararakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan pilar karakter dasar tersebut adaiah: {1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan. Hal ini berbeda dengan karakter dasar yang dikembangkan di negara lain, serta karakter dasar yang dikembangkan oleh Ari Ginanjar (2007) melalui ESQ-nya. Perbedaan karakter dasar tersebut dapat dilihat di bawah ini:.

KARAKTER DASAR
Heritage Foundation
1.    Cinta kepada Allah
2.    Tangung jawab, disiplin, mandiri
3.    Jujur
4.    Hormat dan santun
5.    Kasih sayang, peduli, dan kerja sama
6.    Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7.    Keadilan dan kepemimpinan
8.    Baik dan rendah hati
9.    Toleransi, cinta damai dan persatuan


Character Counts USA
1.    Dapat dipercaya (trustworthiness)
2.    Rasa hormat dan perhatian (respect)
3.    Peduli (caring)
4.    Jujur (fairness)
5.    Tanggung jawab (responsibility)
6.    Kewarganegaraan (citizenship)
7.    Ketulusan (honesty)
8.    Berani (courage)
9.    Tekun (diligence)
10.    Integritas

Ari Ginanjar A
1.    Jujur
2.    Tanggung jawab
3.    Disiplin
4.    Visioner
5.    Adil
6.    Peduli
7.    Kerjasama

5. Strategi Pengembangan Karakter
Pendidikan karakter menurut Heritage Foundation bertujuan membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, juga untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pebelajar sejati).
Strategi yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1.    Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna, serta relevan dalam kontek kehidupannya (student active learning, contextual learning, inquiry based learning, integrated learning).
2.    Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan. tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3.    Memberikan pendidikan karakter secara ekplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the gaod, loving the good, dan acting the good.
4.    Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia.
5.    Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate Practices.
6.    Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah. Yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada kesejahteraan lainnya.
7.    Model (contoh) perilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan dari guru dalam interaksinya dengan srswa
8.    Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan yang lebih demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil tindakannya.
9.    Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial. Bagian terpenting dari peningkatan perkembangan positif siswa termasuk pengajaran langsung keterampilan sosial-emosional, seperti mendengarkan ketika orang lain bicara, mengenali dan me manage emosi, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang menghargai kebutuhan (kepentingan) masing-masing.
10.    Melibatkan siswa dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi pendidikan anak untuk menjadi prososial, moral manusia.
11.    Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa.
12.    Tak ada anak yang terabaikan. Tolak ukur yang sesungguhnya dari kesuksesan sekolah termasuk pendidikan “semua” siswa untuk mewujudkan seluruh potensi mereka dengan membantu mereka mengembangkan bakat khusus dan kemampuan mereka, dan dengan membangkitkan pertumbuhan intelektual, etika, dan emosi mereka.

6. Implementasi Karakter Di TK
Ciri-ciri anak TK :
Konflik adaptatif, imitatif, berbagi dan mau mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok.
Peran Guru dan Orangtua :
•    Beri kesempatan untuk memperhatikan, mencoba dan bekerja sama.
•    Perhatikan dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif.
•    Dukunglah anak-anak untuk bisa berbagi dan mengalah.
Kegiatan di TK antara lain meliputi :
a.    Cinta kepada Allah
-    Anak mau berdo’a dan sholat bersama ayah dan ibu
b.    Tanggung jawab, disiplin, mandiri
-    Merapikan mainan setelah bermain
-    Tidur, bermain, dan sekolah tepat waktu
-    Mandi, makan, ganti baju dan memakai sepatu tanpa di bantu orang dewasa.
c.    Jujur
-    Bekerja/berkarya sendiri
-    Tidak mau mengambil benda yang bukan miliknya
-    Mengakui kesalahan sendiri
d.    Hormat dan santun
-    Memberi salam ketika bertemu guru, orang tua dan teman
-    Berbicara yang sopan
e.    Kasih sayang, peduli dan kerja sama
-    Menolong teman yang jatuh atau sakit
-    Meminjamkanmainan, krayon, pensil, dan sebagainya
-    Memberi bekal makanan kepada teman
-    Mau bermain bersama dengan teman
f.    Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
-    Berani tampil menyanyi/syair di depan kelas
-    Bila tidak ada lem untuk merekatkan kertas, anak menggantikan dengan nasi.
-    Berusaha menyelesaikan tugas sampai selesai
-    Bila anak gagal melakukan permainan, anak mau mengulang
g.    Keadilan dan kepemimpinan
-    Anak tidak pilih kasih dalam berteman di TK dan di rumah.
-    Anak mau tampil memimpin do’a atau berbaris
h.    Baik dan rendah hati
-    Anak tidak marah atau menangis ketika bermasalah dengan teman
i.    Toleransi, cinta damai dan persatuan
-    Anak tidak suka mengejek temannya dan mau bermain dengan semua teman.


DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, Vindy. 2008. Membangun Karakter Anak. Bulletin DWP PTRI Jenewa . Di Download dari http://dwpptrijenewa.isuisse.com. Tanggal 22-12-2008.

Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual : ESQ. Jakarta: Arga.

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.

Battistich, Victor. 2007. Character Education, Prevention, and Positive Youth Development.  Illinois: University of Miissouri, St. Louis. (versi web).

Kilpatrick, W. 1992. Why Johny Can't Tell Right From Wrong. New York: Simon & Schuster, Inc.

Lickona, T. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York.

Lickona, T., Schaps, E., & Lewis, C. 2003. CEP's Eleven Principles of Effective Character Education. Washington, DC: Character Education Partnership.

Martianto, Dwi Hastuti. 2002. Pendidikan Karakter: Paradigma Baru dalam Pembentukan Manusia Berkualitas. Makalah Falsafah Sains. PPS S3 ITB. Bandung.

Download: Foobar2000

 
Ini dia software pemutar audio paling ringan di dunia!!
Perangkat lunak dengan kapasitas minimal ga' bikin lemot waktu dibuka, tapi dengan kualitas yang ga' kalah dengan software lainnya yang serupa Winamp ataupun Jet Audio. Cuman satu-satunya kelemahannya adalah software ini ga' bisa buat muter file berformat video.
tapi dijamin puas
Info lebih lanjut klik disini
Klik gambar /logo di atas atau klik disini untuk download