Social Icons

facebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Senin, 01 Oktober 2012

Investment Opportunity Set


Myers (1977) memperkenalkan set peluang investasi (investment opportunity set) untuk pertama kalinya dalam kaitannya untuk mencapai tujuan perusahaan. Myers (1977) menguraikan tentang pengertian perusahaan yang terdiri dari suatu kombinasi antara aset yang dimiliki oleh perusahaan dengan pilihan investasi masa depan perusahaan. Menurut Myers (1977)  Investment opportunity set memberikan petunjuk yang lebih luas dimana nilai perusahaan sebagai tujuan utama tergantung pada pengeluaran  perusahaan di masa yang akan datang.
Investment Opportunity Set adalah tersedianya alternatif investasi di masa datang bagi perusahaan (Hartono, 1999). IOS merupakan suatu keputusan investasi yang merupakan bentuk kombinasi antara aktiva yang dimiliki (assets in place) dan pilihan investasi dimasa yang akan datang. Menurut Gaver dan Gaver (1993), IOS merupakan nilai perusahaan yang besarnya tergantung pada pengeluaran-pengeluaran yang ditetapkan manajemen di masa yang akan datang, yang pada saat ini merupakan pilihan-pilihan investasi yang diharapkan akan menghasilkan return yang lebih besar.
Investment Opportunity Set (IOS) merupakan proksi kombinasi dari pertumbuhan perusahaan (Smith dan Watts, 1986). Nilai IOS dihitung dengan kombinasi dari berbagi jenis proksi yang menggambarkan nilai aktiva ditempat dan nilai kesempatan tumbuh perusahaan dimasa depan (yang digambarkan berupa nilai pasar). IOS merupakan kombinasi dari nilai aktiva ditempat dan nilai kesempatan dimasa depan.
Kallapur dan Trombley, (1999) menyatakan bahwa kesempatan investasi perusahan tidak dapat diobservasi untuk pihak-pihak di luar perusahaan. Gaver dan Gaver  (1993) menyatakan Investment Opportunity Set perusahaan merupakan sesuatu yang secara melekat tidak dapat diobservasi, dikarenakan Investment Opportunity Set merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono, 1999) dalam Norpratiwi (2004).

1)      Proksi berbasis Harga
Harga saham merupakan proksi terbaik dari kinerja perusahaan karena menggambarkan kinerja perusahan di masa lalu dan prospek di masa datang. Menurut Woolridge (1983) dalam Sugiarto (2009) harga saham tidak hanya mencerminkan informasi kinerja yang berasal dari perusahaan saja tetapi juga informasi dari pasar. Proksi berbasis harga berdasarkan pada perbedaaan antara asset dan nilai  pasar perusahaan, oleh karena itu proksi ini sangat tergantung pada harga saham (Hartono, 1999). Proksi berbasis harga didasari pada suatu ide bahwa perusahaan yang bertumbuh memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relative dari pada aktiva-aktiva yang dimiliki (asset in place). IOS yang berdasarkan dari harga akan memiliki berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio yang merupakan proksi harga adalah market to book value of equiy,market to book value of asset, Tobin’s Q, price to earning ratio, ratio of property, plant and equipment to firm value, ratio of depreciation to firm value dan market value of equity plus book value of debt.
Price to Earning ratio  didasari oleh pemikiran bahwa nilai ekuitas merupakan jumlah nilai laba yang dihasilkan dari pengelolaan asset ditambah dengan nilai sekarang netto (NPV) dari pilihan investasi masa datang sehingga semakin besar price to earning ratio, semakin kecil nilai ekuitas yang berasal dari laba yang dihasilkan dari asset in place (Fitrijanti dan Jogiyanto, 2002). Pemikiran yang mendasari hal ini bahwa laba merupakan proksi aliran kas yang selamanya berasal dari asset in place dan proksi ini akan bermakna jika bagi perusahaan yang laba. Perusahaan dikatakan bertumbuh jika price to earning ratio perusahaan naik. Perusahaan yang bertumbuh memiliki kemampuan yang lebih untuk menghasilkan keuntungan sehingga dapat menarik investas. Price to earning ratio merupakan harga perbandingan antara harga pasar saham dengan laba per lembar saham dari saham bersangkutan.
 

Market to book value of asset ratio didasari bahwa prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham, pasar menilai perusahaan bertumbuh lebih besar dari nilai bukunya (Kallapur & Trombley, 1999). Rasio ini diharapkan dapat mencerminkan peluang investasi yang dimiliki perusahaan melalui aset yang dimiliki perusahaan dimana prospek pertumbuhan perusahaan terefleksi dalam harga saham yang mengalami perubahan dikarenakan penilaian investor terhadap nilai dari aktiva perusahaan.

Market to book value of equity  ratio merupakan proksi IOS berbasis harga. Market to book value of equity  ratio  mencerminkan seberapa besar pasar menilai perusahaan dapat memanfaatkan modalnya dalam menjalankan usaha untuk memenuhi tujuan perusahaan. Semakin besar perusahaan dapat mengelola modalnya dengan baik, maka kesempatan perusahaan untuk bertumbuh akan semakin tinggi dan dapat menarik investor untuk memberikan dananya kedalam perusahaan.


2)      Proksi berbasis Investasi
Perusahaan dengan IOS tinggi juga akan mempunyai tingkat investasi yang sama tinggi, yang dikonversi menjadi asset yang dimiliki (Kallapur dan Trombley, 1999). IOS berdasarkan investasi mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang berkaitan secara positif dengan nilai IOS perusahaan. Perusahaan yang memiliki IOS tinggi seharusnya memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva di tempat atau aktiva yang diinvestasikan untuk waktu yang lama dalam suatu perusahaan. Kegiatan investasi ini diharapkan dapat memberi peluang investasi pada masa berikutnya yang semakin besar pada perusahaan yang bersangkutan. Proksi berbasis investasi berbentuk suatu rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio yang berkaitan dengan proksi invetasi adalah ratio capital expenditure tobook value of asset, ratio capital expenditure to market value of asset, investment to net sales ratio, the ratio of R&D expense to sales, the ratio of R&D expense to total asset, ratio of capita additions to firm value, investment intensity, ratio capital addition to asset book value, investment to earning ratio, log of firm value, ratio of R&D expense to firm value dan ratio R&D investment.

3)      Proksi berbasis varian
Proksi berbasis varian didasari oleh suatu pilihan akan jadi lebih bernilai sebagai variabilitas dari return dengan mendasarkan pada peningkatan asset (Kallapur dan Trombley, 1999). Menurut Subekti dan Indra proksi berbasis varian berdasarkan gagasan bahwa suatu opsi akan menjadi bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh. Ukuran berbasis varian yang telah digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya Variance of return (Gaver dang Gaver, 1993; Smith dan Watts, 1992; Kallapur dan Trombley, 1999; Jones dan Sharma,2001), Asset betas (Skinner,1993; dan Kallapur dan Trombley, 1999) dan the variance of asset deflated sales (Ho, Lam dan sami, 1999).

3 komentar:

  1. Malam Kak... Boleh kah saya mengetahui sumber dari artikel yang kakak buat? thanks

    BalasHapus
  2. terima kasih atas informasi nya
    kalo boleh tau anda mengutip isi dari artikel ini dari buku apa yah ????

    BalasHapus