Social Icons

facebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Kamis, 13 September 2012

AUDITING I (Jenis-Jenis Audit)

AUDIT LAPORAN KEUANGAN
Audit laporan keuangan dilakukan untuk menentukan apakah laporan keuangan sebagai keseluruhan – yaitu informasikuantitatif yang akan diperiksa – dinyatakan sesuai dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Pada umumnya kriteria yang digunakan adalah prinsip akuntansi berlaku umum, meskipun audit lazim juga dilakukan atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan dasar tunai (cash basis) atau dasar akuntansi lain yang cocok untuk organisasi yang diaudit. Laporan keuangan yang diperiksa biasanya meliputi neraca (laporan posisi keuangan), laporan laba-rugi, dan laporan arus kas, termasuk catatan kaki (footnotes).
    Asumsi yang mendasari suatu audit laporan tersebut akan digunakan oleh berbagai pihak untuk berbagai tujuan . oleh karena itu akan lebih efisien untuk menggunakan satu auditor untuk melakukan suatu audit dan menarik kesimpulan yang bisa diandalkan oleh berbagai pihak daripada menyuruh tiap pemakai laporan melakukan audit secara sendiri-sendiri. Apabila pemakai laporan keuangan berkeyakinan bahwa audit tidak cukup memberi informasi sesuai dengan tujuan yang bersangkutan, maka pemakai bisa mencari informasi tambahan. Sebagai contoh, suatu audit umum atas suatu perusahaan bisa memberi informasi keuangan yang memadai bagi seorang bankir yang sedang mempertimbangkan untuk melakukan merger dengan perusahaan yang diaudit juga perlu mengetahui tentang harga pengganti aktiva tetap dan informasi lain yang relevan untuk pengambilan keputusan. Perusahaan tersebut bisa menggunakan auditornya sendiri untuk mendapatkan informasi tambahan yang diperlukannya.
    Pembahasan dalam buku ini sebagian besar ditekankan pada audit atas laporan keuangan perusahaan (atau organisasi) yang dilakukan oleh kantor akuntan publik, namun demikian pengertian umum jenis-jenis audit yang lain juga perlu dipahami agar tidak terjadi kesalahpahaman dan dimengerti perbedaannya satu sama lain.

AUDIT KESESUAIAN
Tujuan audit kesesuaian adalah untuk menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur atau aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Audit kesesuaian untuk suatu perusahaan swasta dapat berupa penentuan apakah karyawan-karyawan di bidang akuntansi telah mengikuti prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh kontroler perusahaan, mengkaji ulang tarip upah untuk disesuaikan dengan tarip upah minimum yang ditetapkan Pemerintah (UMR), atau memeriksa perjanjian yang dibuat dengan bankir atau pemberi pinjaman lainnya untuk memastikan bahwa perusahaan telah mematuhi semua persyaratan yang ditetapkan dalam perjanjian. Audit kesesuaian atas instansi pemerintah akan lebih beranekaragam karena banyaknya peraturan yang diterapkan oleh Pemerintah yang harus dilaksanakan oleh instansi-instansi pemerintah.
    Hasil audit kesesuaian biasanya dilaporkan kepada seseorang atau pihak tertentu yang lebih tinggi yang ada dalam organisasi yang diaudit dan tidak diberikan kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Manajemen biasanya merupakan pihak yang paling berkepentinganatas hasil audit kesesuaian, dibandingkan dengan pihak-pihak lainnya. Oleh karena itu sebagian besar pekerjaan audit semacam ini biasanya dapat dilakukan oleh auditor yang bekerja pada unit organisasi yang bersangkutan. Namun audit kesesuaian dapat juga dilakukan oleh auditor yang ditunjuk dari luar organisasi tersebut.

AUDIT OPERASIONAL
Audit operasional adalah pengkajian (review) atas setiap bagian dari prosedur dan metoda yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi afisiensi dan efektivitas. Hasil akhir dari suatu audit operasional biasanya berupa rekomendasi kepada manajemen untuk perbaikan operasi.
    Mengingat begitu banyaknya bidang atau bagian yang efektivitas operasionalnya bisa dievaluasi, maka tidaklah mungkin untuk merumuskan karakteristik pelaksanaan audit untuk suatu audit operasional tertentu. Pada suatu organisasi, auditor mungkin diperlukan untuk mengevaluasi relevansi dan kecukupan informasi yang digunakan manajemen untuk mengambil keputusan apakah akan membeli aktiva baru atau tidak, sedangkan dalam organisasi yang lain auditor mungkin diperlukan untuk mengevaluasi efisiensi aliran dokumen dalam memproses penjualan. Dalam audit operasional, pengkajian tidak hanya terbatas pada akuntansi, tapi bisa meliputi juga struktur organisasi, operasi komputer, metoda produksi, pemasaran, dan bidang-bidang yang lain asalkan auditor menguasai bidang yang diaudit.
    Pelaksanaan suatu audit operasional dan pelaporan hasilnya tidaklah semudah kedua jenis audit yang telah diterangkan  di atas. Efisiensi dan efektivitas jauh lebih sulit untuk dievaluasi secara obyektif bila dibandingkan dengan kesesuaian atau penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum. Perumusan kriteria untuk mengevaluasi informasi kuantitatif dalam suatu audit operasional sangat bersifat subyektif. Oleh karena itu, audit operasional lebih mirip suatu konsultasi manajemen daripada suatu pekerjaan audit.

(Sumber : Auditing Buku1-Al. Haryono Jusup)

1 komentar: