Social Icons

facebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Jumat, 14 September 2012

KARAKTER BUILDING ANAK USIA DINI

1.    Pengertian
Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivations), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan hal yang terbaik, kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral, perilaku seperti jujur dan bertanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidakadilan, kecakapan interpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, dan komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya. Karakteristik adalah realisasi perkembangan positif sebagai individu (intelektual, sosial, emosional, dan etika). Individu yang berkarakter baik adalah seseorang yang berusaha melakukan hal yang terbaik (Battistich, 2006).
Karakter menurut Alwisol (2006) diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang menonjolkan nilai benar-salah, baik-buruk, baiksecara eksplisit maupun implisit. Karakter berbeda dengan kepribadian, karena pengerian kepribadian dibebaskan dari nilai. Meskipun demikian, baik kepribadian (personality) maupun karakter berwujud tingkah laku yang ditunjukkan ke lingkungan sosial. Keduanya relatif permanen serta menuntun, mengarahkan, dan mengorganisasikan aktivitas individu.
Kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti ”to mark” (menandai) dan memfokuskan pada bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku (Wynne, 1991). Oleh sebab itu, seseorang yang berperilaku tidak jujur, kejam atau rakus dikatakan sebagai orang yang berkarakter jelek, sementara orang yang berperilaku jujur, suka menolong dikatakan sebagai orang yang berkarakter mulia. Jadi istilah karakter erat kaitannya dengan personality (kepribadian) seseorang. Seseorang bisa disebut orang yang berkarakter (a person of character) apabila perilakunya sesuai dengan kaidah moral.
Pendidikan karakter diartikan sebagai the deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Hal ini berarti, guna mendukung perkembangan karakter peserta didik, seluruh komponen di sekolah harus dilibatkan, yakni meliputi isi kurikulum (the content of the curiculum), proses pembelajaran (the process of instruction), kualitas hubungan (the quality of relationship), Penanganan mata pelajaran (the handling of discipline), pelaksanaan aktivitas ko-kurikuler, dan etos seluruh lingkungan sekolah.

2.    Tujuan
-    Memahami hakikat karakter yang baik
-    Menerapkan karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari

3.    Prinsip-Prinsip Karakter
Menurut T. Lickona, E. Schaps dan C. Lewis (2003), pendidikan karakter harus didasarkan pada sebelas prinsip berikut.
1.    Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2.    Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan dan perilaku.
3.    Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter.
4.    Menciptakan komunitas sekolah yang memiiiki kepedulian.
5.    Memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan perilaku yang baik.
6.    Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua siswa, membangun karakter mereka dan membantu mereka untuk sukses.
7.    Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para siswa.
8.    Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama.
9.    Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter.
10.    Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter.
11.    Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan siswa.

4.    Karakter Dasar
Kilpatrick dan Lickona merupakan pencetus utama pendidikan karakter. Keduanya percaya adanya keberadaan moral absolute yang perlu diajarkan kepada generasi muda agar paham betul mana yang baik dan benar. Lickona (1992) dan Klipatrick (1992) juga Brooks dan Goble tidak sependapat dengan cara pendidikan moral reasoning dan values clarification yang diajarkan dalam pendidikan di Amerika, karena sesungguhnya terdapat nilai moral universal yang bersifat absolut (bukan bersifat relatif) yang bersumber dari agama-agama di dunia yang disebutnya sebagai “the golden rule”. Contohnya adalah berbuat jujur, menolong orang, hormat, dan bertanggung jawab (Martianto, 2002).
Pendidikan karakter tidak dapat dipisahkan dari identifikasi karakter yang digunakan sebagai pijakan. Karakter tersebut disebut sebagai karakter dasar. Tanpa karakter dasar, pendidikan karakter tidak akan memiliki tujuan yang pasti.
Pendidikan karakter di indonesia didasarkan pada sembilan pilar karakter dasar. Kararakter dasar menjadi tujuan pendidikan karakter. Kesembilan pilar karakter dasar tersebut adaiah: {1) cinta kepada Allah dan semesta beserta isinya, (2) tanggung jawab, disiplin dan mandiri, (3) jujur, (4) hormat dan santun, (5) kasih sayang, peduli dan kerja sama, (6) percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah, (7) keadilan dan kepemimpinan, (8) baik dan rendah hati, serta (9) toleransi, cinta damai dan persatuan. Hal ini berbeda dengan karakter dasar yang dikembangkan di negara lain, serta karakter dasar yang dikembangkan oleh Ari Ginanjar (2007) melalui ESQ-nya. Perbedaan karakter dasar tersebut dapat dilihat di bawah ini:.

KARAKTER DASAR
Heritage Foundation
1.    Cinta kepada Allah
2.    Tangung jawab, disiplin, mandiri
3.    Jujur
4.    Hormat dan santun
5.    Kasih sayang, peduli, dan kerja sama
6.    Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7.    Keadilan dan kepemimpinan
8.    Baik dan rendah hati
9.    Toleransi, cinta damai dan persatuan


Character Counts USA
1.    Dapat dipercaya (trustworthiness)
2.    Rasa hormat dan perhatian (respect)
3.    Peduli (caring)
4.    Jujur (fairness)
5.    Tanggung jawab (responsibility)
6.    Kewarganegaraan (citizenship)
7.    Ketulusan (honesty)
8.    Berani (courage)
9.    Tekun (diligence)
10.    Integritas

Ari Ginanjar A
1.    Jujur
2.    Tanggung jawab
3.    Disiplin
4.    Visioner
5.    Adil
6.    Peduli
7.    Kerjasama

5. Strategi Pengembangan Karakter
Pendidikan karakter menurut Heritage Foundation bertujuan membentuk manusia secara utuh (holistik) yang berkarakter, yaitu mengembangkan aspek fisik emosi, sosial, kreativitas, spiritual dan intelektual siswa secara optimal. Selain itu, juga untuk membentuk manusia yang lifelong learners (pebelajar sejati).
Strategi yang dapat dilakukan pendidik untuk mengembangkan pendidikan karakter adalah sebagai berikut:
1.    Menerapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif murid, yaitu metode yang dapat meningkatkan motivasi murid karena seluruh dimensi manusia terlibat secara aktif dengan diberikan materi pelajaran yang kongkret, bermakna, serta relevan dalam kontek kehidupannya (student active learning, contextual learning, inquiry based learning, integrated learning).
2.    Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif (conducive learning community) sehingga anak dapat belajar dengan efektif di dalam suasana yang memberikan rasa aman, penghargaan. tanpa ancaman, dan memberikan semangat.
3.    Memberikan pendidikan karakter secara ekplisit, sistematis, dan berkesinambungan dengan melibatkan aspek knowing the gaod, loving the good, dan acting the good.
4.    Metode pengajaran yang memperhatikan keunikan masing-masing anak, yaitu menerapkan kurikulum yang melibatkan juga 9 aspek kecerdasan manusia.
5.    Seluruh pendekatan di atas menerapkan prinsip-prinsip Developmentally Appropriate Practices.
6.    Membangun hubungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas dan seluruh sekolah. Yang pertama dan terpenting adalah bahwa lingkungan sekolah harus berkarakteristik aman serta saling percaya, hormat, dan perhatian pada kesejahteraan lainnya.
7.    Model (contoh) perilaku positif. Bagian terpenting dari penetapan lingkungan yang supportive dan penuh perhatian di kelas adalah teladan perilaku penuh perhatian dan penuh penghargaan dari guru dalam interaksinya dengan srswa
8.    Menciptakan peluang bagi siswa untuk menjadi aktif dan penuh makna termasuk dalam kehidupan di kelas dan sekolah. Sekolah harus menjadi lingkungan yang lebih demokratis sekaligus tempat bagi siswa untuk membuat keputusan dan tindakannya, serta untuk merefleksi atas hasil tindakannya.
9.    Mengajarkan keterampilan sosial dan emosional secara esensial. Bagian terpenting dari peningkatan perkembangan positif siswa termasuk pengajaran langsung keterampilan sosial-emosional, seperti mendengarkan ketika orang lain bicara, mengenali dan me manage emosi, menghargai perbedaan, dan menyelesaikan konflik melalui cara lemah lembut yang menghargai kebutuhan (kepentingan) masing-masing.
10.    Melibatkan siswa dalam wacana moral. Isu moral adalah esensi pendidikan anak untuk menjadi prososial, moral manusia.
11.    Membuat tugas pembelajaran yang penuh makna dan relevan untuk siswa.
12.    Tak ada anak yang terabaikan. Tolak ukur yang sesungguhnya dari kesuksesan sekolah termasuk pendidikan “semua” siswa untuk mewujudkan seluruh potensi mereka dengan membantu mereka mengembangkan bakat khusus dan kemampuan mereka, dan dengan membangkitkan pertumbuhan intelektual, etika, dan emosi mereka.

6. Implementasi Karakter Di TK
Ciri-ciri anak TK :
Konflik adaptatif, imitatif, berbagi dan mau mengalah. Ketiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok.
Peran Guru dan Orangtua :
•    Beri kesempatan untuk memperhatikan, mencoba dan bekerja sama.
•    Perhatikan dan luruskan perilaku imitatif yang cenderung negatif.
•    Dukunglah anak-anak untuk bisa berbagi dan mengalah.
Kegiatan di TK antara lain meliputi :
a.    Cinta kepada Allah
-    Anak mau berdo’a dan sholat bersama ayah dan ibu
b.    Tanggung jawab, disiplin, mandiri
-    Merapikan mainan setelah bermain
-    Tidur, bermain, dan sekolah tepat waktu
-    Mandi, makan, ganti baju dan memakai sepatu tanpa di bantu orang dewasa.
c.    Jujur
-    Bekerja/berkarya sendiri
-    Tidak mau mengambil benda yang bukan miliknya
-    Mengakui kesalahan sendiri
d.    Hormat dan santun
-    Memberi salam ketika bertemu guru, orang tua dan teman
-    Berbicara yang sopan
e.    Kasih sayang, peduli dan kerja sama
-    Menolong teman yang jatuh atau sakit
-    Meminjamkanmainan, krayon, pensil, dan sebagainya
-    Memberi bekal makanan kepada teman
-    Mau bermain bersama dengan teman
f.    Percaya diri, kreatif, kerja keras dan pantang menyerah
-    Berani tampil menyanyi/syair di depan kelas
-    Bila tidak ada lem untuk merekatkan kertas, anak menggantikan dengan nasi.
-    Berusaha menyelesaikan tugas sampai selesai
-    Bila anak gagal melakukan permainan, anak mau mengulang
g.    Keadilan dan kepemimpinan
-    Anak tidak pilih kasih dalam berteman di TK dan di rumah.
-    Anak mau tampil memimpin do’a atau berbaris
h.    Baik dan rendah hati
-    Anak tidak marah atau menangis ketika bermasalah dengan teman
i.    Toleransi, cinta damai dan persatuan
-    Anak tidak suka mengejek temannya dan mau bermain dengan semua teman.


DAFTAR PUSTAKA

Adriansyah, Vindy. 2008. Membangun Karakter Anak. Bulletin DWP PTRI Jenewa . Di Download dari http://dwpptrijenewa.isuisse.com. Tanggal 22-12-2008.

Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual : ESQ. Jakarta: Arga.

Alwisol. 2006. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM.

Battistich, Victor. 2007. Character Education, Prevention, and Positive Youth Development.  Illinois: University of Miissouri, St. Louis. (versi web).

Kilpatrick, W. 1992. Why Johny Can't Tell Right From Wrong. New York: Simon & Schuster, Inc.

Lickona, T. 1992. Educating for Character, How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. Bantam Books, New York.

Lickona, T., Schaps, E., & Lewis, C. 2003. CEP's Eleven Principles of Effective Character Education. Washington, DC: Character Education Partnership.

Martianto, Dwi Hastuti. 2002. Pendidikan Karakter: Paradigma Baru dalam Pembentukan Manusia Berkualitas. Makalah Falsafah Sains. PPS S3 ITB. Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar