Social Icons

facebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sabtu, 15 September 2012

POLA HUBUNGAN IDEAL ANTARA ANAK DENGAN AYAH-IBU UNTUK PENGEMBANGAN KARAKTER ANAK Oleh Agustin Dwi Winarni

A. Pendahuluan
Berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia saat ini, dapat diatasi dengan menelaah berbagai kemungkinan pemecahan masalah. Salah satunya adalah melalui pendidikan. Beberapa pakar pendidikan di negeri ini mengemukakan satu alasan mendasar yang menjadi pe¬nyebab timmbulnya berbagai permasalahan ini. Alasan yang mendasar itu adalah kurangnya internalisasi nilai-nilai yang sudah diajarkan melalui jalur pendidikan ke dalam kepribadian kita.
Anak adalah muhara kehidupan yang diamanatlan Allah kepada orangtua. Kehadirannya senantiasa memberi arti untuk menggoreskan kanvas kehidupan mendatang. Sejatinya, anak adalah pemilik masa depan.
Setiap anak yang dilahirkan dianugerahi oleh Allah SWT. berupa sifat fitrah (suci), maka orangtua dan keluarga mempunyai peran sentral dan bertanggung jawab penuh dalam menentukan masa depan anak dalam tradisi masyarakat maupun secara normatif orangtua mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengasuh anaknya seoptimal mungkin sesuai dengan kernampuannya masing-masing. Hal itu sangat beralasan karena kualitas sumber daya manusia di muka bumi ini sangat ditentu¬kan oleh oleh faktor pendidikan dasar yang diberikan oleh orangtua¬nya. Tanggung jawab orangtua tidak hanya sebatas pemenuhan pada kebutuhan materi, tetapi juga mencakup seluruh aspek kehidupan ter¬masuk pembentukan karakter anak sejak masa pertumbuhannya.
Anak-anak yang diasuh secara baik dan dibekali dengan pendi¬dikan yang memadai termasuk pembentukan karakter yang baik di¬harapkan akan menjadi anak yang baik (shalih/shalihah). Dengan bekal pembentukan karakter yang baik sejak dini, seseorang dapat melakukan banyak hal yang jauh lebih baik. dan bermartabat dibanding dengan orang yang tidak dibekali karakter yang baik. Anak tidak hanya sebagai investasi di dunia, tetapi juga akhirat. Karenanya ketepatan pendidikan dalam mengasah dan membentuk anak, menjadi landasan utama ter-jelmanya masa depan nan gemilang.
Lantas, bagaimanakah membuat "jembatan emas" yang tidak hanya menghubungkan, namun juga menyatukan anak dan orangtua? Pola hubungan yang bagaimana antara anak dengan orangtua dalam mem¬bangun dan mengembangkan karakter pada anak, dan karakter yang bagaimana yang perlu ditanamkan pada anak?

B. PEMBAHASAN

1. Membangun Karakter Anak
Berbagai pengalaman yang dilalui oleh seorang anak dari semenjak perkembangan pertamanya. mempunyai pengaruh yang besar dalam kehidupannya. Berbagai pengalaman ini berperan penting dalam me¬wujudkan apa yang dinamakan dengan pembentukan, karakter diri se¬cara utuh, yang tidak akan dapat tercapai kecuali dengan memberikan, bekal karakter yang baik sejak dini kepada anak dan mengembangkan karakter dengan baik.
Untuk mencapai semua ini, orangtua (ayah-ibu) berperan sentral dalam keluarga, dan berperan penting dalam mendidik seorang anak peran seorang ibu adalah sebagai madrasah pertama bayi anak, se¬dangkan peran ayah adalah sebagai konsultan. Pola pendidikan seperti ini berpengaruh besar dan jelas dalam pembentukan kepribadian dengan karakter anak.
Lingkungan keluarga yang dipenuhi dengan rasa cinta dan rasa paling menolonng yang berlandaskan ikatan yang kuat antara keluarga, juga mempunyai andil yang besar dalam membentuk karakter anak, serta dapat memotivasi anak untuk membina dirinya dan meningkatkarn kemampuan dan potensinya.
Pendidikan yang benar adalah pendidikan, yang tidak hanya transfer of knowledge, tetapi juga transfer of value. Dan pendidikan yang de¬mikian itu tidak hanya diberikan di dalam lingkungan sekolah, tetapi juga lingkungan keluarga. Karena pendidikan yang baik adalah adanya keterpaduan antara pendidikan di sekolah dan di rumah (keluarga).
Membangun karakter berarti bicara mengenai tata nilai. Melihat kondisi dewasa saat ini, masalah uang, kedudukan, pangkat, kekua¬saan, materi selalu didewakan dan dipentingkan, sehingga timbul situasi yang menyedihkan, yaitu bahwa semua bisa dibeli. Artinya, kita bisa membeli apa saja termasuk pangkat, kedudukan, kekuasaan, dan lain-lain. Menurut Antonin Scalia (seorang hakim tinggi di Amerika Serikat) bahwa The only thing in the world not for sale is character. Karakter tidak dapat kita beli, padahal itu sangat penting dan diper-lukan di dalam menentukan arah dan tujuan hidup kita. Dengan de¬mikian karakter harus kita buat sendiri melalui pendidikan, pengalaman, percobaan, pengorbanan, dan pengaruh lingkungan.
Ada suatu jargon dalam character building yang mengatakan bahwa: character bulding is a never ending process. Artinya bahwa sejak janin dalam kandungan ibunya sampai dengan kita meninggal, semestinya selalu melakukan pembangunan karakter. Namun dalam kebenaran¬nya saat ini, kita sering mengabaikan atau bahkan tidak rnenyadari bahwa karakter itu perlu dibangun. dibentuk, ditempa, dikembangkan, dan dimantapkan.
Dalam pembangunan karakter ada 4 kondor yang perlu dilakukan
1.    Menanamkan tata nilai
2.    Menanamkan mana yang boleh dan mana yang tidak boleh ( The does and The don't )
3.    Menanamkan kebiasaan (habits)
4.    Memberi tauladan yang baik.

Membentuk karakter merupakan proses seumur hidup. Oleh karena itu keempat koridor diatas harus berjalan secara terintegrasi. Dan anak¬ anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter juga. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang secara optimal. Untuk itu, tiga pihak yang mempunyai peran penting agar pembangunan karakter pada anak ditumbuh kembangkan yakitu:  keluarga, sekolah, dan komunitas (lingkungan).
Sebagai langkah awal dari membangun karakter dapat dilakukan dengan mempertimbangkan rumus 5 + 3 + 3 atau = 11 kebiasaan.
Lima sikap dasar itu adalah :
1.    Membangun sikap jujur dan tulus dengan berani mengatakan apa yang benar adalah benar dan salah itu salah
2.    Sikap terbuka yang merefleksikan kebersihan luar dalam
3.    Berani mengambil resiko dan bertanggungjawab yang ditujukan dengan membela kebenaran dan keadilan
4.    Konsisten dengan komitmen dengan selalu menepati janji, perkataan harus sesuai dengan perbuatan.
5.    Sikap bersedia berbagi (sharing) yang menampilkan mentalitas berkelimpahan (abundance mentality)
Apabila kita menjalani lima dasar sikap ini dalam kehidupan keseharian, maka ini merupakan awal dari pembangunan karakter dan jati diri kita.
Tiga syarat yang harus ada :
1.    Dengan niat yang bersih untuk mengawali setiap pekerjaan (nawaitu)
2.    Tidak mendahului kehendak Tuhan
3.    Bersyukur kepada Tuhan atas apa yang kita dapat
Untuk melakukan 5 sikap dasar dan syarat tersebut di atas, maka 3 cara agar menjadi satu kesatuan yang utuh harus dilakukan secara emplisit yaitu :
1.    Mencanangkan hasrat  untuk berubah melalui doa dan ibadah, di mana hakekat doa adalah tuntunan bagi diri sendiri untuk melalukan perubahan.
2.    Mewujudkan perubahan dengan 4 anugrah Illahi pada manusia (self awardness, consciousness, imagination, dan independent will, khususnya memanfaatkan anugrah independent will)
3.    Siap menjadi suri tauladan.
Sebagai proses yang tiada henti, pembangunan karakter dibagi menjadi menjadi 4 tahapan :
1.    Pada usia dini, kita sebut sebagai tahap pembentukan karakter
2.    Pada usia remaja, kita sebut sebagai tahap pegembangan
3.    Pada usia dewasa. Kita sebut sebagai tahap pemantapan
4.    Pada usia tua, kita sebut sebagai tahap pembijaksanaan

2. Karakter yang Bagaimana yang Perlu Ditanamkan pada Anak ?
Orang yang senang belajar, terampil menyelesaikan masalah, komunikator yang efektif, berani mengambil resiko, punya integritas, jujur, dapat dipercaya, dan dapat diandalkan, penuh perhatian, toleransi, dan luwes yang bisa bersaing kelak. Itulah karakter yang bagus. Ada 9 pilar yang penting ditanamkan pada anak :
1.    Mencintai Allah beserta alam semesta beserta isinya
2.    Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian
3.    Kejujuran, hormat, santun
4.    Kasih sayang, kepedulian
5.    Kerja sama dan percaya diri
6.    Kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah
7.    Keadilan dan kepemimpinan
8.    Baik dan rendah hati
9.    Toleransi, cinta damai, dan persatuan
Lalu bagamana menanamkan karakter pada anak ? Berdasarkan hasil riset otak mutakhir, usia di bawah 7 tahun merupakan masa terpenting. Salah mendidik  akan mempengaruhi saat ia deu asa. Sehingga harus ditanamkan pada anak sedini mungkin. Sehingga dengan pembekalan karakter yang baik, diharapkan kelak anak dapat menjadi orang yang berguna untuk sesame, tangguh dan mempunyai jiwa yang kuat dalam menghadapi tantangan di masa depan yang akan datang.

3. Pola Hubungan orangtua dalam Pengembangan Karakter Anak
Peran orangtua dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak sejak dini sangat penting bagi kehidupannya kelak. Dan keteladanan mempunyai pengaruh yang lebih besar bagi anak dari pada nasihat dan ucapan. Seorang anak membutuhkan teladan yang baik, dan dia meng¬ambil teladan dari orangtuanya. Karenanya dia mempunyai kecende¬rungan untuk meniru perilaku orang yang disukai, serta berusaha tampil seperti orang yang disukai. Dalam pembentukan dan pengembangan karakter anak. sebaiknya menagunakan pendekatan agama karena se¬tiap agama berujung pada pembentukan karakter. Namun pada ke¬nyatanaya banyak orangtua yang belum melaksanakannya, padahal terdapat surat tafsir dari Firman Allah yang berbunyi sebagai berikut: 'Sepenting-pentingnya tugas tidak ada yang dapat mengalahkan tanggang jawab untuk membentuk dan mencetak karakter anak pada sedini mungkin.
Dari di atas, bahwa ketahanan pribadi bahwa ketahanan ke¬luarga mempunyai hubungan timbal balik yang sangat erat. Kuat dan lemahnya Ketahanan pribadi akan memberi hasil kuat atau lemahnya ketahanan keluarga dan sebaliknya. Untuk itu, sebagai orangtua harus bisa membuat strategi yang baik dan menentukan langkah untuk membuat pola hubungan dalam rangka mengembangkan karakter anak. Komitmen dan kerjasama antara ayah dan ibu sebagai orangtua harus dibuat dan disepakati bersama.
Langkah pertama orangtua sebagai pendidik utama bagi anak. sebaiknya jangan sampai terlambat dalam mengisi pengalaman pada anaknya, karena bila terlambat akan lebih dulu diisi oleh orang lain yang belum tentu bisa dipertanggungjawabkan. Bekerja atau tidak, orangtua harus berupaya menjadikan dirinya role model untuk membangun kepercayaan anak. Kedua, menciptakan dan mengupayak¬an komunikasi dengan anak secara menyenangkan, tidak hanya main perintah, mengkritik, menyalahkan dan membentak-bentak. Dalam berkomunikasi, hendaknya orangtua menjadi pendengar yang baik, tidak menyela pembicaraan, mengganti pertanyaan dengan pertanyaan, berempati terhadap terhadap anak dan masalahnya, tidak berkomentar sebelum diminta. Orangtua harus membangun kedekatan kebiasaan berdialog, agar anak terbiasa untuk merminta pertimbangan dan nasihat dari orangtua. Dan yang ketiga, jangan pernah membuat keputusan untuk anak, biarkan anak yang memilih. Dan yang terakhir yang tidak kalah pentingnya adalah gunakan pujian untuk perilaku atau perubahan perilaku yang baik.
Ada beberapa fase kritis yang dilalui anak hingga dewasa dan kita sebagai orangtua harus bisa memahami sebagai sesuatu yang normal. Bila kita sudah memahami setiap fase pertumbuhan anaknya, maka saat itulah kita dapat membangun dan menumbuhkembangkan kararakter anak. Berikut 5 fase yang dilalui anak :
1.    Usia Balita. Ciri-cirinya: merasa selalu benar, memaksakan kehendak dan tidak mau berbagi. Peran orangtua: berikan kesempatan be¬berapa detik untuk berkuasa, berikan beberapa detik untuk me¬miliki secara penuh, perkenalkan apa arti boleh dan tidak boleh dengan menqgunakan ekspresi wajah konsisten dan jangan meneggunakan kekerasan suara dan fisik.
2.    Usia Taman Kanak-Kanak. Ciri-cirinya: konflik adaptatif, imitatif, berbagi dan mau mengalah. Kefiga sifat terakhir ini karena anak ingin diterima dalam kelompok. Peran orangtua: memberi kesempatan untuk memperhatikan, mencoba dan bekerja sama. Perhatikan dan luruskan perilaku imitative yang cenderung negative, dan dukunglah anak untuk bisa berbagi dan mengalah.    .
3.    Usia Sekolah Dasar. Ciri-cirinya: anak ingin mendapat pengakuan diri. Karena itu, ciri-ciri utamanya punya pendapat berbeda, pe¬nampilan berbeda, gaya bicara berbeda dan hobinya pun berbeda. Peran orangtua: menghargai pendapatnya dan jangan menyalahkan, ajaklah dialog logika dan pengalaman, pujilah hal-hal yang baik dari penampilannya, bantulah dengan kalimat positif untuk bisa tampil lebih baik lagi.
4.    Usia Sekolah Menengah Pertama. Ciri-cirinya: anak memasuki per¬saingan. Oleh karena itu. anak mengalarni konflik antar personal, konflik antar kelompok dan konflik sosial. Peran orangtua: me¬ningkatkan kedekatan dengan anak dengan melalui dialog dan berbagai cara, jadilah pendengar yang baik dan bukan menjadi hakim, jangan pemah menyela pembicaraan dan cerianya, dan jangan beri komentar atau nasihat sebelum tiba waktunya.

Dengan memahami setiap fase pertumbuharn anak, maka kita dapat juga membangun dan mengembangkan karakter anak dengan baik.

C. PENUTUP
Dan uraian di atas dapai ditarik kesimpulan bahwa anak adalah amanah yang diberikan oleh Allah kepada kita, dan merupakan investasi dunia dan akhirat bagi kita. Sebagai pengemban amanat, orangtua bertang¬gung jawab untuk membentuk kepribadian anak sejak masa pertum¬buhannya, sebagaimana dilukiskan oleh Rasulullah saw "Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Orangtuanyalah yang me¬nentukan anak itu akan dijadikan orang Yahudi, Nasrani atau Majusi." (HR Bukhari)
Oleh karena itu, sebagai orangtua kira mempunyai tanggung jawab yang besar yaitu mengasuh dan merawat serta memberikan pendi¬dikan yang terbaik kepada anak-anak kita serta mempersiapkannya untuk menghadapi masa depannya.
Dalam memberikan pandidikan kepada anak tidak hanva sebatas transfer of knowledge, tetapi yang tidak kalah penting adalat transfer of value. Pembentukan, penanaman, menumbuhkembangkan karakter anak termasuk di dalam transfer of va!ue. Karakter adalah kunci keberhasilan individu. Oleh karena itu, keberhasiian seorang anak tidak akan terlepas dari peran orangtuanya. Pola hubungan dan pemilihan metode pendidikan karakter yang baik dan tepat akan mengantarkan anak pada keberhasilan tersebut.
Jadilah orangtua vang menerapkan sikap demokratis pada anak, sehingga anak akan belajar saling menghargai. Dan terapkan pemba¬ngunan dan pembentukan karakter anak sedini mungkin.




DAFTAR PUSTKA

Utsman, Akram Misbah, 25 kiat Membentuk Anak Hebat,Cet 1. Jakarta: Gema Insani Press. 2005.

Sumber: http://203,130, 242.190//artikel/40180.shtml

Sumber: artikel H. Soemarno Soedarsono, Ketua Umum Yayasan Jati Diri Bangsa

Adriansyah, Vindy. 2008. Membangun Karakter Anak. Bulletin DWP PTRI Jenewa . Di Download dari http://dwpptrijenewa.isuisse.com. Tanggal 22-12-2008.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar